Berita Musik Terkini

Slide Show

SL

Green Day Terus Berjuang

Senin, 08 Februari 2010


Tiap lagu, tiap kata, semua yang saya tulis, semua bagian musiknya saya benar-benar mencurahkan diri ke dalamnya, kata Billie Joe Armstrong, sambil duduk pada sofa di ruang bawah tanah rumahnya. Vokalis-gitaris dan pencipta lagu utama Green Day ini tinggal di pemukiman yang terletak pada bukit di sebelah timur pusat Oakland. Menggeser pintu kaca membawa kita ke teras dengan pemandangan indah San Fransisco Bay, dengan Golden Gate Bridge yang masih tampak dari jarak jauh.
Namun Armstrong berbicara sambil menghadap arah yang berlawanan. Pandangannya tertuju pada dinding merah di seberang kamar, di mana terdapat foto-foto berbingkai besar berupa Pete Townshend dari The Who yang sedang menghancurkan gitar di pertengahan 60-an serta tiga personel The Beatles yang masih belia John Lennon, George Harrison dan bassis orisinil Stuart Sutcliffe di Hamburg, Jerman. Thats the thing that can fuck you up in the head, kata Armstrong sambil berbicara cepat. Inilah kebebasan rock & roll. Saya punya kesempatan untuk berekspresi hingga akhir hidup, dan itu menyenangkan. Di sisi lain, saya melakukannya seolah-olah hidup saya ketergantungan padanya.
Itulah yang terpenting bagi saya, kata sang gitaris berusia 37 tahun ini. Dengan wajah anak punk dan gaya rambut mod, dia masih tampak seperti masih 22 tahun, yang merupakan usianya ketika Green Day langsung melejit menjadi bintang pop punk di tahun 1994 berkat album Dookie yang terjuahl 15 juta kopi di seluruh dunia. Saya harus memastikan bahwa saya benar-benar tenggelam dalam suasananya.
Maksudnya ini: Pada malam sebelumnya, Green Day Armstrong, bassis Mike Dirnt dan drummer Tre Cool tampil di Fox Theater, Oakland dalam rangka salah satu dari empat konser kejutan di wilayah Bay Area sebagai pemanasan untuk tur dunia mereka yang pertama sejak tahun 2005 (tur ini berawal di Seattle pada 3 Juli). Konser maraton berdurasi 2,5 jam ini berawal dengan memainkan 21st Century Breakdown, rock opera mereka yang baru, secara utuh dari awal hingga akhir. Album ini adalah perpaduan antara kemegahan classic rock, hingar bingar punk dan lagu-lagu pop yang cerdas; bagaikan London Calling-nya The Clash, Quadrophenia-nya The Who dan Zen Arcade-nya Husker Du yang dipadatkan ke dalam 18 lagu.
Sejak awal, Armstrong sudah tenggelam. Pada 21st Century Breakdown, dia mengangkat gitarnya bagaikan Bruce Springsteen dan mengayunkan lengannya seperti Townshend. Dia melompat-lompat mengiringi irama Know Your Enemy, meninju udara pada East Jesus Nowhere bagaikan sedang bertarung dengan Tuhan dan berdiri di ujung panggung pada Horseshoes and Handgrenades sambil meneriakkan lirik Im not fucking around! dengan menatap anak-anak di mosh pit. Suara Dirnt menjadi bagian penting dari harmonisasi ganjil namun manis yang membumbui Christians Inferno dan Murder City, sementara Cool memacu semuanya bagaikan Keith Moon dengan penguasaan swing ala Charlie Watts.
Armstrong, yang menulis hampir tiap not dan kata di 21st Century Breakdown, menjadi pusat yang tiada lelah dari huru hara ini dan begitu juga sepanjang set kedua, yang mencakupi lagu-lagu hit dari Dookie serta American Idiot, album sukses yang bermuatan politik dari tahun 2004. Namun ada harga yang harus dibayar. Di sebuah ruang katering di belakang panggung seusai konser, puluhan teman dan anggota keluarga memberi ucapan selamat kepada Dirnt dan Cool. Akan tetapi, Armstrong tidak hadir. Dia menetap di ruang gantinya untuk istirahat.Dia pasti lelah, kata ibunya, Ollie, seorang wanita mungil berusia 70-an dengan rambut pirang keriting, senyum yang hangat dan, pada saat ini, nada seorang ibu yang khawatir dalam suaranya. Billie adalah yang bungsu dari keenam anaknya; ayah mereka, Andy, wafat akibat kanker ketika Billie berusia 10 tahun. Dia benar-benar mencurahkan dirinya ke dalam musik, saat tampil. Itu membuatnya sangat lelah. Lalu, Billie menerima pesan teks dari kakaknya, Anna, yang juga sempat menunggunya di belakang panggung: Kamu harus menjaga diri baik-baik. (Saya menjawab, Saya baik-baik saja, kata Armstrong.)
Butch Vig, produser yang menggarap 21st Century Breakdown bersama Green Day, sudah akrab dengan totalitas seperti itu: Dia adalah co-producer dari Nevermind, album Nirvana dari tahun 1991. Saya melihat hal yang sama dalam diri Kurt, kata Vig, sambil menyebut vokalis-gitaris Kurt Cobain. Saat bermain, dia seperti merasa bebas. Billie Joe juga pernah mengatakan itu ke saya: Saat berada di atas panggung, saya bebas. Saya tidak berpikir.
Vig juga melihat sisi buruk dari intensitas itu. Di saat mereka sedang menggarap lagu yang tak kunjung selesai, Billie menjadi frustrasi. Dia meletakkan gitarnya dan berkata, Saya mau pulang; kadang-kadang dia meninggalkan Dirnt dan Cool di sana begitu saja. Billie memasang standar yang tinggi. Dia mengharapkan semua orang bisa mencapai standar itu secepat dirinya. Namun Mike dan Tre dapat mengimbanginya. Di saat mereka sudah menyatu, band-band lain yang pernah bekerja dengan saya tak ada yang bermain seperti mereka.
Cool, 36 tahun, menggambarkan Armstrong sebagai berbakat dan tersiksa. Otak Billie bagaikan 18 tape recorder yang bermain secara bersamaan dalam sebuah lingkarang. Lalu dia berusaha mengobrol dengan saya, Mike atau istrinya, Adrienne, di saat yang bersamaan. Ketika kita berbicara dengannya Baiklah, apa pendapatmu tentang ini? dia akan menatap mata kita sambil berkata, Huh? Dirnt, 37 tahun, menggunakan metafora yang serupa: Billie tidak bisa mematikan keenam stasiun radio yang berbeda-beda yang ada di kepalanya. Keduanya berkenalan di kelas 5 saat bersekolah di Crockett, California, yang terletak di sebelah utara Oakland Armstrong berasal dari Rodeo yang berlokasi di dekat sana; Dirnt lahir di Oakland dan hampir sejak itu juga mereka telah bermain musik bersama. Mereka mendirikan Green Day, yang sebelumnya bernama Sweet Children, ketika berusia 15 tahun. (Nama asli Dirnt adalah Michael Ryan Pritchard. Seorang teman menjulukinya Dirnt akibat suara permainan basnya.)
Kami adalah demokrasi dengan pemimpin yang terpilih, kata Dirnt tentang Green Day. Dia dan Cool, yang bernama asli Frank Edwin Wright III, ada di sana untuk mendukung Billie. Karena dia membuat dirinya menjadi gila. Kami berkata, Kami ada di sini untukmu. Kami tidak menganggap enteng apa yang kamu lakukan. Di rumah, menurut Armstrong, saya banyak meminta maaf. Dia berhenti sejenak, sambil menyengir. Tak banyak, ralatnya. Secukupnya. Untuk ukuran seseorang yang mengaku bahwa dia ingin menjadi dewa rock dari neraka, Armstrong berupaya menjalani kehidupan keluarga yang normal. Dia dan Adrienne co-owner sebuah toko pakaian dan perabotan organik, Atomic Garden, di Oakland telah menikah sejak 1994 dan dikaruniai dua putra. Ketika ditanya tentang proses penulisan lagu untuk album baru, Armstrong berkata bahwa hal pertama yang dilakukannya tiap hari adalah bangun dan mengantar anak-anak ke sekolah. Pada musim bisbol, dia menjadi asisten pelatih liga anak-anak.
Namun Armstrong mengaku, Sekali-sekali saya menghampiri Adrienne dan berkata, Saya tahu kalau saya benar-benar tenggelam dan egois. Maaf karena saya hanya berbicara tentang berada dalam band rock selama 15 tahun terakhir. Billie adalah musik, kata Dirnt. (Dia dan Cool masing-masing juga memiliki dua anak.) Jika kita memisahkan musik dari Billie, dia masih akan menjadi suami dan ayah baik yang mengurus bisnis dan selalu ada untuk anak-anaknya.Tapi sisanya, katanya, hanya akan menjadi ruang hampa.
Selanjutnya baca edisi 50

Negara Pengunjung

free counters

Penterjemah

  © Blogger template Techie by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP